MAKALAH ASKEP KELUARGA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, di Palembang penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.
2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang gangguan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu penyakit Hipertensi dan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan penyakit Hipertensi.
- Untuk dapat menyusun asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan penyakit Hipertensi.
-
Untuk memenuhi
tugas mata kuliah "Keperawatan Komunitas II"
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini yaitu :
- Bagaimana konsep penyakit pada lansia dengan hipertensi ?
- Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan Hipertensi ?
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
- Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
- Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
- Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
- Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi primer. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besaruntuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
- Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
- Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
- Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
- Kebiasaan hidup
- Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr) ; kegemukan atau makan berlebihan; stress; merokok dan minum alcohol.
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nore epineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,2001).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual-muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
- Krisis Hipertensi
- Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi.
- Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
- Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
- Nefrosklerosis karena hipertensi.
- Retinopati hipertensi.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plakateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
7) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
8) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet , diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
· Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
· Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
· Penurunan berat badan
· Penurunan asupan etanol
· Menghentikan merokok
· Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
b. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
· Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik sepertinyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
· Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
· Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan efek samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama 1 tahun.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA pada Keluarga TN. H dengan Penyakit Hipertensi
1. Pengkajian
A. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. H
2) Umur : 40 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Bojong tengah, Sukaratu
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Buruh Dagang
7) Pendidikan : SLTP
8) Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
9) Tabel Daftar Anggota Keluarga
No |
Nama |
Hubungan |
J/K |
Umur |
Pendidikan |
Pekerjaan |
Keadaan Kesehatan |
Keterangan |
1. 2. 3. 4. |
Ny. S Tn. H Ny. D Tn. L |
Ibu Tn. H KK Isteri Anak |
P L P L |
68 th 40 th 35 th 15 th |
SD SLTP SMP SD |
- Buruh IRT - |
Sakit Sehat Sehat |
Hipertensi - - - |
10) Tipe Keluarga
Keluarga Tn. H merupakan tipe keluarga inti (extended family) yang terdiri dari Ayah, Ibu dan satu orang anak dan juga ibu dari Tn. H yaitu Ny. S yang tinggal dalam satu rumah. Jenis perkawinan adalah monogami. Tn. H sebagai ayah, Ny. D sebagai ibu dan 1 anak, yaitu Tn. L berusia 15 tahun.
11) Genogram
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap keluarga pada keluarga Tn. H
adalah keluarga dengan anak usia sekolah. Dimana anak pertama dari keluarga Tn.
H masih sekolah di tingkat SMP dengan usia 15 tahun
2) Tugas Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tidak ada tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap perkembangan dengan anak usia sekolah pada keluarga Tn. H.
C. Biologis Keluarga
1) Keadaan kesehatan : Pada keluarga Tn. H , ada yang menderita penyakit Hipertensi yaitu Ny. S. Ny.S menderita hipertensi sudah sejak lama ± 5 tahun, Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas. Pada saat di wawancara Ny. S tidak tahu penyebab penyakit nya itu karena sebelumnya keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan Ny. S.
2) Keadaan kebersihan : semua anggota keluarga tampak cukup bersih.
· frekuensi mandi : 2 kali sehari dengan menggosok gigi
· tempat mandi : kamar mandi sendiri
· menggunakan sabun saat mandi : Ya
· cuci tangan sebelum makan : Ya
· cuci kaki sebelum tidur : jarang
3) Penyakit yang di derita
Ny.S menderita hipertensi sudah sejak lama, Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas. Pada saat di wawancara Ny. S tidak tahu penyebab penyakit nya itu karena sebelumnya keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan Ny. S. Ny. S pernah berobat ke Puskesmas dan mantri terdekat.
4) Penyakit menular
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular.
5) Kecacatan
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami cacat fisik atau cacat mental.
6) Pola Makan
Dalam pengadaan makanan keluarga sehari-hari adalah dengan memasak sendiri dan komposisi jenis makanannya bervariasi. Makanan pokok adalah nasi disertai lauk pauk dan sayur, frekuensi makan 2-3 kali sehari. Makan buah-buahan dan susu kadang-kadang. Kebiasaan makan keluarga bersama (pagi, siang dan malam hari). Air minum yang dikonsumsi didapat dari air sumur dengan cara di masak.
7) Pola Istirahat
Nama |
Tidur Siang |
Tidur malam |
Ny. S Tn. H Ny. D Tn. L |
± 2 jam ± 2 jam ± 2 jam ± 2 jam |
± 4 jam ± 6 jam ± 7 jam ± 8 jam |
8) Reproduksi/Akseptor KB
Ny. D mengikuti program pemerintah dan sudah ber-KB. Dalam pernikahannya dengan Tn. H , Ny. D dikaruniai 1 orang anak yaitu Tn. L yang sudah berumur 15 tahun.
D. Psikologis Keluarga
1) Keadaan emosi/mental
Hubungan keluarga dengan anggota keluarga lainnya baik. Jika ada masalah dihadapi dengan bermusyawarah.
2) Koping Keluarga
Stress yang dihadapi keluarga Tn. H adalah apabila keluarga tidak memiliki dana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan terdapat anggota keluarga yang sakit. Penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi secara bersama-sama. Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami masalah, keluarga berusaha mencari jalan keluar dengan membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain.
3) Kebiasaan Buruk
Tn. H perokok tetapi sekarang sudah berkurang yang biasanya 1 bungkus habis dalam satu hari sekarang hanya 5-6 batang saja sehari. Tn. H maupun keluarga tidak pernah minum – minuman beralkohol.
4) Rekreasi
Keluarga sesekali pergi berekreasi dengan keluarga yang lainnya. Rekreasi yang sering dilakukan di rumah biasanya menonton tv.
5) Pola Komunikasi Keluarga
Sifat komunikasi dalam keluarga secara terbuka, anggota keluarga yang paling dominan berbicara adalah Tn. H. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda. Semua keluarga berkomunikasi dengan baik.
6) Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan di dalam keluarga Tn. H dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga yang mengambil keputusan adalah Tn. H sebagai kepala keluarga.
7) Peran
Setiap anggota keluarga berperan seperti fungsinya, tidak terdapat kesenjangan peran dalam keluarga. Baik Tn. H maupun anggota yang lainnya menerima dan mampu menjalankan tugas dan peran masing-masing dengan baik. Tn. H sebagai kepala keluarga dan Ny. D sebagai ibu rumah tangga.
E. Sosial Ekonomi Keluarga
1) Hubungan dengan orang lain
Semua anggota keluarga berhubungan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan anggota keluarga lain, termasuk sanak saudara, tetangga dan masyarakat sekitar.
2) Kegiatan Organisasi sosial
Tn. H , Ny. D dan Ny. S mengikuti pengajian di lingkungan sekitar rumah nya. Jika ada kerja bakti dan kegiatan sosial keluarga Tn. H selalu ikut aktif berpartisipasi.
3) Keadaan ekonomi
Pendapatan setiap bulan kurang lebih Rp 1.500.000,- pengeluaran harian kurang lebih Rp 40.000,- dan sisanya untuk bayar listrik. Keluarga masih bisa menabung walaupun tidak banyak.
F. Spiritual Keluarga
1) Keadaan beribadah
Semua anggota keluarga menganut agama Islam, taat beribadah kepada Allah, menjalankan perintah Allah. Ny. S, Tn. H dan Ny. D sering mengikuti pengajian yang diadakan di lingkungan sekitar rumahnya.
2) Keyakinan tentang kesehatan
Keluarga Tn. H mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang di derita Ny. S adalah takdir dari Allah SWT.
3) Nilai dan norma
Nilai dan norma yang dianut keluarga sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
4) Adat yang mempengaruhi kesehatan
Keluarga tidak mempunyai adat yang di anut. Keluarga menganggap apabila ada yang sakit itu merupakan takdir Allah dan apabila ada yang sakit selalu meminum obat.
G. Lingkungan Rumah
Jenis rumah permanen dengan luas bangunan 80 m2. Status rumah milik pribadi.
2) Kebersihan dan kerapihan
Kebersihan dan kerapihan didalam rumah cukup bersih dan rapi. Sedangkan diluar rumah cukup bersih bersih. Di dalam Wc/kamar mandi agak sedikit licin dan tidak ada pegangan untuk Ny. S.
3) Penerangan
Keadekuatan penerangan di dalam rumah cukup terang. Sumber penerangan dari 2 jendela di ruang tamu dan di setiap kamar. Juga dilengkapi dengan penerangan lampu-lampu di setiap ruangan.
4) Ventilasi
Sirkulasi udara di dalam rumah cukup baik. Tinggi langit-langit dari lantai 1,8 meter. Didalam rumah cukup terasa sejuk.
5) Jamban
Kondisi fasilitas MCK baik. Di dalam rumah terdapat 1 buah WC milik sendiri, tetapi agak sedikit licin dan tidak ada pegangan untuk Ny. S.
6) Sumber air minum
a. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di dapat dari air sumur.
b. Jarak sumber air dengan WC : berjarak 7,5 meter.
7) Pemanfaatan halaman
Keluarga mempunyai sedikit lahan untuk halaman. Di halaman tersebut ada pohon sawo dan tanaman di pot-pot kecil.
8) Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor di rumah Tn. H di buang ke selokan yang akan berakhir ke sungai/kali.
9) Pembuangan sampah
Cara keluarga mengelola sampah adalah dengan cara di kumpulkan dalam kantong kresek dan di angkut oleh truk sampah dan terkadang di bakar.
H. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi-mencintai, saling menjaga, saling menghargai, saling menghormati, hidup rukun dan sangat harmonis. Tn. H mendidik anaknya untuk harus besikap baik, menghormati dan menghargai orang yang lebih tua dan menyayangi serta mengahargai orang lain. Keluarga merasa bangga apabila salah satu anggota keluarga berhasil. Semua keluarga merasa saling memiliki, apabila ada keluarga yang sakit atau di timpa musibah, maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau di timpa musibah.
2) Fungsi Sosialisai
Ny. S, Tn. H dan Ny. D mengikuti pengajian di lingkungan sekitar rumahnya. Jika ada kerja bakti dan kegiatan sosial lainnya keluarga Tn. H selalu ikut aktif dan berpartisipasi. Semua anggota keluarga berhubungan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat lain..
3) Fungsi Reproduksi
Dari pernikahan Tn. H dengan Ny. D sudah mempunyai 1 orang anak yaitu Tn. L yang sudah berusia 15 tahun. Keluarga Ny. D mengikuti program keluarga berencana (KB) seperti dengan mengkonsumsi pil KB.
4) Fungsi Ekonomi
Pendapatan setiap bulan kurang lebih Rp 1.300.000,- tidak ada penghasilan tambahan, pengeluaran harian kurang lebih Rp 40.000,- dan sisanya untuk bayar listrik. Keluarga masih bisa menabung walaupun hanya sedikit tiap harinya. Dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn. H sangat sederhana. Keluarga menganggap itu sudah bisa menckupi kebutuhan sehari-hari.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn. H berusaha untuk dapat memenuhi lebutuhan baik sandang, pangan dan papan bagi anggota keluarganya, meskipun dalam hal makanan tidak wajib dapat memenuhi kebutuhan 4sehat-5sempurna, tetapi paling tidak kebutuhan tersebut bisa tersedia setiap harinya.
Tn. H dan Ny. D meyakini bahwa kesehatan itu sangat penting. Jika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga membawa anggota yang sakit ke puskesmas atau mantri terdekat.
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah :
Keluarga tidak begitu paham tentang penyakit yang di derita Ny. S sejak ± 6 tahun yang lalu. Ny. S belum pernah di rawat di rumah sakit. Saat ditanya tentang penyakit Ny. S, Tn. H mengatakan mungkin penyakitnya disebabkan oleh pola makan yang salah dan faktor usia. Keluarga tidak mengetahui tentang penyebab, tanda gejala dan perawatan penyakit Hipertensi. Keluarga hanya mengetahui makanan yang harus dihindari oleh Ny. S seperti asin-asinan dan daging.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Ny. D mengatakan Ny. S jarang melakukan kontrol rutin untuk kesehatannya kerena beliau beranggapan kalau dirinya tidak merasakan gejala tidak enak badan maka beliau tidak memeriksakan diri nya ke fasilitas kesehatan. Ny. S tidak rutin meminum obat pengontrol hipertensi.Tetapi anggota keluarga pasti akan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. H mengatakan jika penyakit Ny. S kambuh, Tn. H selalu membawa Ny. S ke puskesmas atau mantri terdekat. Selain itu Tn. H dan Ny. D selalu mengatur pola makan dan menghundari makanan yang dilarang untuk di konsumsi oleh Ny. S.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga selalu berusaha memelihara lingkungan rumah nya, teteapi keluarga tidak tahu cara memodifikasi lingkungan rumah terutama WC yang baik untuk kesehatan Ny. S.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat
Tn. H mengatakan bahwa selama ini jika ada anggota keluarga yang sakit, maka akan berusaha membawa nya ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau mantri terdekat. Tetapi jika sudah sembuh dengan obat yang ada di toko/apotek maka tidak perlu di bawa ke puskesmas atau mantri. Keluarga pernah memeriksakan keadaan Ny. S ke puskesmas terdekat. Keluarga percaya terhadap petugas dan fasilitas kesehatan yang ada.
I. Harapan Keluaraga
Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, keluarga berharap tenaga kesehatan yang ada saat ini dapat membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan terutama yang di ada dalam keluarga Tn. H maupun masalah kesehatan lainnya. Keluarga berharap Ny. S dapat sembuh kembali dan menjalankan aktifitas sehari-hari. Keluarga juga berharap supaya Ny. S dapat berobat secara rutin.
J. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Fisik pada Keluarga Tn. H
Variable |
Ny. S |
Tn. H |
Ny. D |
Tn. L |
Penyakit yang diderita |
Hipertensi |
- |
- |
- |
Keadaan umum |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
TTV · TD · Nadi · RR · Suhu · BB |
180/100 mmHg 90 x/menit 24 x/menit 360 C 45 Kg |
130/90 mmHg 84 x/menit 24 x/menit 36,50 C 65 Kg |
120/80 mmHg 80 x/menit 20 x/menit 36,70 C 55kg |
110/80 mmHg 80 x/menit 20x/menit 360 C 50 Kg |
Kulit |
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
|
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
|
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
|
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
|
Kepala dan Rambut |
Rambut beruban, bersih |
Rambut hitam sedikit beruban, bersih |
Rambut hitam, bersih |
Rambut hitam, bersih |
Leher |
Tidak ada pembesaran tonsil dan KGB, Pergerakan pada leher normal |
Tidak ada pembesaran tonsil dan KGB, Pergerakan pada leher normal |
Tidak ada pembesaran tonsil dan KGB, Pergerakan pada leher normal |
Tidak ada pembesaran tonsil dan KGB, Pergerakan pada leher normal |
Mata |
· Penglihatan menurun · konjungtiva tidak anemis · sklera tidak ikterik |
· Fungsi penglihatan normal. · konjungtiva tidak anemis · sklera tidak ikterik |
· Fungsi penglihatan normal. · konjungtiva tidak anemis · sklera tidak ikterik |
· Fungsi penglihatan normal. · konjungtiva tidak anemis · sklera tidak ikterik |
Hidung |
· Fungsi penciuman baik · bentuk simetris · Tidak ada polip |
· Fungsi penciuman baik · bentuk simetris · Tidak ada polip |
· Fungsi penciuman baik · bentuk simetris · Tidak ada polip |
· Fungsi penciuman baik · bentuk simetris · Tidak ada polip |
Mulut |
· Mukosa bibir lembab · Gigi bersih · Tidak ada caries pada gigi. |
· Mukosa bibir lembab · Gigi bersih dan lengkap · Tidak ada caries pada gigi. |
· Mukosa bibir lembab · Gigi bersih dan lengkap · Tidak ada caries pada gigi. |
· Mukosa bibir lembab · Gigi bersih dan lengkap · Tidak ada caries pada gigi. |
Telinga |
· Fungsi pendengaran sedikit menurun · Tidak memakai alat bantu pendengaran · Bentuk simetris · Kebersihan cukup. |
· Dapat mendengar dengan baik · Tidak memakai alat bantu pendengaran · Bentuk simetris · Kebersihan cukup |
· Dapat mendengar dengan baik · Tidak memakai alat bantu pendengaran · Bentuk simetris · Kebersihan cukup |
· Dapat mendengar dengan baik · Tidak memakai alat bantu pendengaran · Bentuk simetris · Kebersihan cukup |
Dada |
· Bentuk dada simetris · Irama pernafasan teratur · Frekuensi 24 kali/menit. · Tidak ada nyeri tekan pada dada, · Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing. |
· Bentuk dada simetris · Irama pernafasan teratur · Frekuensi 24 kali/menit. · Tidak ada nyeri tekan pada dada, · Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing. |
· Bentuk dada simetris · Irama pernafasan teratur · Frekuensi 20 kali/menit. · Tidak ada nyeri tekan pada dada, · Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing. |
· Bentuk dada simetris · Irama pernafasan teratur · Frekuensi 20 kali/menit. · Tidak ada nyeri tekan pada dada, · Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing. |
Abdomen |
· Bentuk simetris · Kulit perut kebersihan cukup · Tidak ada nyeri |
· Bentuk simetris · Kulit perut kebersihan cukup · Tidak ada nyeri |
· Bentuk simetris · Kulit perut kebersihan cukup · Tidak ada nyeri |
· Bentuk simetris · Kulit perut kebersihan cukup · Tidak ada nyeri |
Ekstremitas |
· Postur tubuh sedikit membungkuk · Tidak ada kelainan gerak · Struktur normal · Tidak ada nyeri pada extermitas, tremor, edema. |
· Postur tubuh tegap · Tidak ada kelainan gerak · Struktur normal · Tidak ada nyeri pada extermitas tremor, edema. |
· Postur tubuh tegap · Tidak ada kelainan gerak · Struktur normal · Tidak ada nyeri pada extermitas tremor, edema. |
· Postur tubuh tegap · Tidak ada kelainan gerak · Struktur normal · Tidak ada nyeri pada extermitas tremor, edema. |
Integumen |
· Warna kulit coklat · Kelembaban kering · Kebersihan baik · CRT <3 detik · akral hangat |
· Warna kulit coklat · Kelembaban baik · Kebersihan baik · CRT <3 detik · akral hangat |
· Warna kulit coklat · Kelembaban baik · Kebersihan baik · CRT <3 detik · akral hangat |
· Warna kulit coklat · Kelembaban baik · Kebersihan baik · CRT <3 detik · akral hangat |
K. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia
1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
· Bangun dari kursi
Ny. S mampu bangun dari kursi dengan cara satu tangan berpegangan pada meja dan melakukan dorongan kebawah, Ny. S dapat langsung berdiri dan posisi klien stabil.
· Duduk ke kursi
Ny. S tidak bisa langsung duduk ke kursi tanpa lengan dan tanpa pegangan.
· Menahan dorongan pada sternum
Pada saat pemeriksaan mendorong sternum perlahan – lahan Ny. S terdorong ke belakang dan selalu melakukkan tahanan dan kaki dapat berpijak dengan baik di lantai.
· Mata tertutup
Pada saat mata ditutup dan sternum di dorong perlahan – lahan sebanyak 3x Ny. S kurang mampu bertahan (terdorong ke belakang) dan mampu kembali ke posisi semua.
· Perputaran leher
Ny. S tidak menggerakkan kaki, tidak menggenggam, obyek untuk dukungan, keadaan stabil namun, setelah itu Ny. S mengeluh pusing
· Gerakan menggapai sesuatu
Ny.S tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu flexi sepenuhnya, tidak mampu berdiri pada ujung – ujung kaki, keadaan tetap stabil setelah kembali pada posisi semula
·
Membungkuk
Ny. S mampu tidak mampu untuk membungkuk, Ny. S tidak mampu mengambil
benda-benda kecil (seperti pulpen) dari lantai, Ny. S memerlukan usaha-usaha
multiple untuk bangun dan memegang suatu objek untuk bisa berdiri lagi.
2) Komponen gaya berjalan atau gerakan
Ny. S mampu untuk berjalan ke tempat yang telah ditentukan, Ny. S tidak ragu – ragu untuk berjalan, tidak tergantung maupun memegang obyek untuk dukungan. Pada saat melangkah ketinggian kaki normal, kontinuitas langkah baik, Ny. S mampu berjalan lurus dengan anjuran perawat dan pada saat berbalik klien berhentni sejenak dan kemudian berjalan tanpa ada sempoyongan dan tidak memegang obyek untuk dukungan.
L. Pengkajian Fungsional untuk Ny. S
1) Pengkajian fungsional berdasar Indeks KATZ
INDEKS KATZ |
|
SKORE |
KRITERIA |
A |
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi |
B |
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut |
C |
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan |
D |
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan |
E |
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan |
F |
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan |
G |
Ketergantungan pada enam fungsi tersebut |
Lain-lain |
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G |
Berdasarkan data, maka Ny. S memperoleh skor A. Maka Ny. S mempunyai Kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
M. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ) ; Pfeiffer E, 1975 |
||||
No |
Skore |
Pertanyaan |
Jawaban |
|
Benar |
Salah |
|||
1. |
· |
|
Tanggal berapa hari ini ? |
29 September 2014 |
2. |
· |
|
Hari apa sekarang ? |
Rabu |
3. |
· |
|
Apa nama tempat ini ? |
Bojong tengah |
4. |
· |
|
Dimana alamat anda ? |
Bojong tengah, Sukaratu |
5. |
· |
|
Berapa umur anda ? |
68 tahun |
6. |
|
· |
Kapan anda lahir ? |
1946 |
7. |
· |
|
Siapa presiden Indonesia ? |
Susilo Bambang Yudhoyono |
8. |
|
· |
Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? |
Susilo Bambang Yudhoyono |
9. |
· |
|
Siapa nama ibu anda ? |
Yati Mulyati |
10. |
|
· |
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, secara menurun |
17, 14, 11, 8, 5, 2 |
Jumlah Kesalahan total |
3 |
Interprestasi SPMSQ :
Salah 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3 – 4 : Fungsi Intelektual kerusakan ringan
Salah 5 – 7 : Fungsi inteletktual kerusaka sedang
Salah 8 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Berdasarkan data, maka Ny. S memperoleh kesalahan 3. Maka lansia tersebut mempunyai fungsi intelektual kerusakan ringan.
2. Analisa Data
No |
Data |
Etiologi |
Masalah |
1. |
· DS : - Ny.S menderita hipertensi sudah sejak lama ± 5 tahun - Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas. - Ny. S tidak pernah mengontrol TD nya dan tidak meminum obat pengontrol hipertensi - Ny. S pergi ke puskesmas atau mantri jika sakitnya dirasa berat - Keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit Hipertensi. - Keluarga mengatakan tidak tahu akibat yang ditimbulkan oleh penyakit Hipertensi bila tidak dikontrol dan diobati secara teratur. - Keluarga mengatakan kurang mengetahui cara perawatan yang benar pada Ny. S. · DO : - Keluarga hanya mengetahui makanan yang harus dihindari oleh Ny. S seperti asin-asinan dan daging. - TD 180/100 mmHg - Nadi 90 x/menit |
Ketidakmampuan keluarga merawat Ny. S yang menderita Hipertensi.
|
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung |
2. |
· DS : - Ny.S menderita hipertensi sudah sejak lama ± 5 tahun - Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas. - Penglihatan menurun · DO : - TD 180/100 mmHg - Nadi 90 x/menit - Kamar mandi agak sedikit licin dan tidak ada pegangan untuk Ny. S. |
Ketidakmampuan keluarga memodifi kasi lingkungan. |
Resiko tinggi terhadap cedera
|
3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam merawat Ny. S yang menderita Hipertensi.
2) Resiko tinggi terhadap cedera pada Ny. S dalam keluarga Tn. H b.d Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik bagi Ny. S.
4. Prioritas Masalah
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam merawat Ny. S yang menderita Hipertensi.
Kriteria |
Perhitungan |
Nilai |
Pembenaran |
1. Sifat masalah : Aktual
|
3/3 X 1
|
1
|
Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas. Ny. S tidak pernah mengontrol TD nya dan tidak meminum obat pengontrol hipertensi Ini merupakan ancaman kesehatan pada Ny. S jika perawatan Ny. s tidak dilakukan dengan benar |
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah : Mudah |
2/2 X 2
|
2
|
Keluarga ingin melakukan Perawatan yang benar untuk Ny. S
|
3. Kemungkinan masalah dapat di cegah : Rendah |
2/3 X 1
|
2/3 |
Masalah sudah terjadi dan keluarga merasa perawatan Ny. S perlu dilakukan |
4. Menonjolnya masalah : Segera |
2/2 X 1 |
1 |
Keluarga mengatakan bahwa Ny. S harus mengontrol TD nya dan meminum obat pengontrol TD. Keluarga ingin segera melakukan perawatan yang benar untuk Tn. H |
Score |
4 2/3 |
2) Resiko tinggi terhadap cedera pada Ny. S dalam keluarga Tn. H b.d Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik bagi Ny. S
Kriteria |
Perhitungan |
Nilai |
Pembenaran |
1. Sifat masalah : Aktual
|
3/3 X 1
|
1
|
Ny. S sering merasa pusing dan mudah lelah dan lemas serta penglihatan menurun. Kamar mandi di keluarga Tn. H juga sedikit licin dan tidak ada pegangan untuk Ny. S. Ada ancaman kesehatan pada Ny. S dan perlu segera ditangani. |
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah : Mudah
|
2/2 X 2
|
2
|
Ny. S harus sering kontrol dan meminum obat pengontrol Hipertensi. Keluarga harus rajin membersihkan Kamar mandi dan membuat pegangan untuk Ny. S.
|
3. Kemungkinan masalah dapat di cegah : Cukup
|
2/3 X 1
|
2/3
|
Pencegahan dapat dilakukan dengan membuat kamar mandi supaya tidak licin dan membuat pegangan untuk Ny. S. |
4. Menonjolnya masalah : Segera |
2/2 X 1 |
1 |
Keluarga menyadari adanya masalah tetapi tidak didukung dengan pemahaman yang adekuat tentang mencegah resiko cedera pada Ny. S |
Score |
1. 2/3 |
5. Rencana Keperawatan
Nama : Ny. S
Alamat : Bojong Tengah, Sukaratu
No |
Dx |
Tujuan |
Standar Evaluasi |
Intervensi |
||
Umum |
Khusus |
Kriteria |
Standar |
|||
1 |
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam merawat Ny. S yang menderita Hipertensi.
|
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit secara benar |
Setelah kunjungan1 X 45 menit keluarga mampu menjelaskan cara perawatan yang benar pada Ny. S
|
Respon verbal dan psikomotor keluarga |
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Cara perawatan yang benar : a. Makanan yang bergizi hindari yang banyak mengandung natrium, kolesterol dan berlemak. b. Ny. S harus lebih sering memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. c. Ny. S harus meminum obat pengontrol tekanan darah tinggi. d. Ny. S tidak boleh terlalu banyak pikiran, terlalu banyak aktivitas. e. Berikan keadaan yang nyaman dan tenang untuk Ny. S.
Komplikasi yang terjadi bila tidak diobati dan diperiksakan kesehatannya secara teratur maka dapat beresiko terjadinya Stroke , penyakit Jantung, Nefrosklerosis, Retinopati hipertensi. bahkan kematian. |
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi dan cara perawatannya. 2) Diskusikan bersama keluarga tentang penyakit Hipertensi dan cara perawatannya sesuai standar. 3) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali. 4) Berikan pujian atas kemampuannya menjelaskan. 5) Observasi TD. 6) Observasi warna kulit, kelemahan, suhu dan masa pengisian kapiler 7) Ajarkan teknik posisi semi fowler serta teknik relaksasi untuk Ny. S. 8) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher. 9) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan. 10)Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/ kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuaikan kebutuhan.
|
2 |
Resiko tinggi terhadap cidera pada Ny. S dalam keluarga Tn. H b.d Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik bagi Ny. S. |
Keluarga mampu mengenal masalahdan memodifikasi lingkungan yang sehat dan baik untuk mencegah resiko terjadinya cidera pada Ny. S |
Setelah kunjungan 1 X 45 menit keluarga mampu mengetahui lingkungan yang sehat untuk Ny. S |
Respon verbal keluarga, psikomotorik. |
Lingkungan yang baik dan sehat untuk penderita Hipertensi : · Lingkungan bersih, sehat, tenang dan nyaman. · Lingkungan yang aman seperti Kamar madi tidak licin dan terdapat pegangan. · Membantu klien dalam beraktivitas. |
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi 2) Berikan leaflef tentang Hipertensi. 3) Diskusikan dengan keluarga dengan menggunakan leaflet tentang ligkungan yang sehat dan baik untuk Ny. S 4) Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali tentang lingkungan yang sehat dan baik untuk Ny. S. 5) Berikan pujian kepada keluarga atas kemampuannya menjelaskan kembali. 6) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan seperti membersihkan kamar mandi supaya tidak licin dan membuat pegangan di kamar mandi. 7) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu. 8) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah. |
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Saran
Dengan adanya makalah Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia dengan mata kuliah Keperawatn Gerontik ini, diharapkan dapat dijadikan sumber – sumber untuk menambah pengetahuan serta dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mahasiswa terutama di bidang keperawatan. Kami merasa pada makalah ini banyak kekurangan, dan jauh lebih dari sempurna karena kurangnya referensi dan pengetahuan,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Tamher S dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
4. La Ode, Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : NuhaMedica
https://www.makmurjayayahya.com/2020/12/makalah-askep-keluarga-lansia-dengan.html
Posting Komentar untuk "MAKALAH ASKEP KELUARGA LANSIA DENGAN HIPERTENSI"